Kemenparekraf Dorong Desa Wisata Mandalika jadi Lokomotif Kesejahteraan Masyarakat - Warta Ekonomi
Kemenparekraf Dorong Desa Wisata Mandalika jadi Lokomotif Kesejahteraan Masyarakat - Warta Ekonomi
Terlebih penyelenggaraan event sport bertaraf internasional yakni World Superbike dan MotoGP telah menjadi magnet terbesar di kawasan Mandalika.
Tutup Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Video
Indeks
About Us
Social Media
Kemenparekraf Dorong Desa Wisata Mandalika jadi Lokomotif Kesejahteraan Masyarakat Sabtu, 23 April 2022, 19:14 WIB Kemenparekraf Dorong Desa Wisata Mandalika jadi Lokomotif Kesejahteraan MasyarakatKredit Foto: Sufri Yuliardi Warta Ekonomi, Jakarta -

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terus berupaya secara optimal mendorong pengembangan desa wisata yang ada di Mandalika, Nusa Tenggara Barat, sehingga desa wisata menjadi lokomotif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Terlebih penyelenggaraan event sport bertaraf internasional yakni World Superbike dan MotoGP telah menjadi magnet terbesar di kawasan Mandalika. Selain itu, Mandalika ditetapkan sebagai salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata dalam Peraturan Pemerintah No. 52 tahun 2014. Karenanya, pengembangan desa wisata perlu digarap dengan maksimal, baik dari segi amenitas, atraksi, hingga aksesibilitas.

Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Vinsensius Jemadu, mengatakan, desa wisata menjadi fokus pengembangan destinasi wisata di era pandemi COVID-19. Sehingga ke depannya setelah pandemi, desa wisata diharapkan dapat menjadi tonggak perekonomian nasional.

“Secara fisik pengembangan desa wisata tentunya harus berkolaborasi dengan kementerian/lembaga lain. Kemudian dengan pengembangan produk wisata non-fisik seperti budaya dan kearifan lokal masyarakatnya, kita akan terus dampingi. Desa Wisata akan memperkuat nilai tambah ekonomi di masyarakat desa,” kata Vinsensius dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (23/4/2022). Baca Juga: Menparekraf Dukung Pengembangan Ekowisata di Desa Wisata Sungai Kupah Kalbar

Menurutnya, desa wisata menjadi salah satu daya tarik yang dimiliki oleh Nusa Tenggara Barat. Tidak hanya menawarkan keindahan alam dan budaya, desa wisata juga memiliki keunikan dari unsur ekonomi kreatifnya, seperti karya tenun, seni tari, seni musik, seni ketangkasan dan bela diri, kuliner, hingga rumah-rumah dengan gaya arsitektur tradisional.

Pada pelaksanaan MotoGP bulan Maret 2022, sejumlah desa wisata seperti Desa Bilebante dan Desa Sade menjadi salah satu desa yang terdampak positif dari adanya kegiatan internasional tersebut.

Selain itu, kegiatan internasional ini juga turut menambah citra baru pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia khususnya Mandalika di mata dunia. Kepercayaan wisatawan terhadap atraksi wisata di Mandalika pun meningkat, hal ini juga menjadi sinyal positif bagi potensi wisata lainnya yang ada di kawasan hinterland (pedalaman) Mandalika untuk dapat merasakan manfaatnya.

Direktur Pengembangan Destinasi II Kemenparekraf Wawan Gunawan bersama dengan para stakeholders daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terlibat dalam pengembangan desa wisata sepakat untuk melakukan program SINAKODA. Yaitu (sinergitas berbasis inovasi, adaptasi dan kolaborasi antara pusat dan daerah) agar dapat mencapai target sebagai desa wisata yang mandiri dan berkualitas.

"Kemenparekraf, Pemprov NTB, Pemkab Lombok Tengah dan Kabupaten lainnya siap mendukung dan mendampingi desa wisata di NTB. Dengan program SINAKODA, target desa wisata di NTB  yang maju dan mandiri, serta desa wisata menjadi destinasi yang berkualitas, terintegrasi dan berkelanjutan akan terwujud," kata Wawan. Baca Juga: Kemenparekraf Siap Luncurkan Side Events Parekraf Presidensi G20 Indonesia tahun 2022

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Yusron Hadi, menyebutkan bahwa dari 500 kandidat yang terpilih dalam Ajang Desa Wisata Indonesia, 20 desa diantaranya merupakan desa wisata yang berlokasi di NTB. Hal tersebut mendorong pemerintah daerah untuk lebih giat lagi dalam mengembangkan desa wisata. Terlebih saat ini, hanya 3 persen dari desa wisata yang ada di NTB tergolong ke dalam kategori desa maju.

Hal ini disebabkan karena pengembangan desa wisata masih lemah dalam implementasi, terutama terkait anggaran serta evaluasi dan pembenahan RIPPARDA (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah) Provinsi Nusa Tenggara Barat untuk menunjukkan konsistensi pemerintah daerah dalam pengembangan desa wisata.

"Perlu ada keberpihakan dari segi anggaran beserta penyediaan masterplan untuk menunjukkan keseriusan dalam memajukan desa wisata di NTB. Kami dari Pemerintah Provinsi NTB mengapresiasi langkah Kemenparekraf yang selalu mendukung pengembangan destinasi di NTB," ujar Yusron.

Penulis: Ayu Rachmaningtyas Tuti Dewanto
Editor: Fajar Sulaiman

Tag Terkait:

Bagikan Artikel:

Comments

https://galeriwisata.id/assets/images/user-avatar-s.jpg

0 comment

Write the first comment for this!